Batang merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah, di mana berbatasan dengan Pekalongan (barat), Kendal (timur), Laut Jawa (utara), Banjarnegara dan Wonosobo (selatan). Pada zaman dahulu, Batang bergabung dengan Pekalongan lalu sejak tanggal 8 April 1966 bertepatan Jumat kliwon diadakan upacara peresmian pembentukan Kabupaten Batang oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah Brigjend (Tit) KKO-AL Mochtar bertempat di bekas Kanjengan Batang lama, dilansir dari batangkab.go.id. Setelah mengalami pemekaran, Batang menjadi wilayah otonom di Jawa Tengah.
Adapun sejarah nama “Batang” itu sendiri memiliki banyak versi yang berkembang. Pertama, kisah Bahurekso yang melakukan pembabatan hutan Roban (Alas Roban) guna mempersiapkan daerah-daerah pertanian. Tetapi hambatan dan tantangan yang dihadapinya (baca: Bahurekso) dan para pekerja penebang hutan tidak mudah. Bagaimana tidak? Di tengah pengerjaan, banyak pekerja yang sakit dan mati konon katanya diganggu oleh setan peri prayangan, jin, siluman-siluman penjaga Alas Roban dipimpin oleh Dadungawuk. Gangguan utama dilakukan dari Raja Siluman Uling bernama Dribikso, yakni ketika pengerjaan bendungan telah selesai namun dirusak oleh Dribikso. Singkat cerita, akhirnya Bahurekso mampu mengalahkan Dribikso dengan merayu Dribusawati (adik Dribikso) untuk mencurikan pedang pusaka miliki kakaknya.
Namun, hambatan masih ada di mana bendungan tidak selalu lancar alirannya. Hal tersebut diakibatkan batang kayu menghalangi aliran sungai. Berpuluh orang tidak bisa mengangkatnya, akhirnya Bahurekso turun tangan. Ia mengerahkan kekuatan dan kesaktian yang dimiliki batang (watang) besar itu dapat diangkat dengan sekali embat patahlah batang. Peristiwa ngembat watang menjadi asal mula nama “Batang” tercipta.
Versi kedua sejarah Batang yakni, di Desa Kalisalak hiduplah gadis cantik bernama Dewi Rantan Sari anak dari Mbok Rondo. Karena kecantikannya menyebabkan Sultan Mataram bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo jatuh hati. Oleh karena itu, Sultan Agung memerintahkan Bahurekso untuk melamar Rantan Sari untuknya, namun ia malah mengingkari. Bahurekso melamarnya (baca: Dewi Rantan Sari) untuk dirinya sendiri.
Di tengah perjalanan pulang, Bahurekso bertemu dengan seorang gadis yang mirip dengan Dewi Rantan Sari. Endang Wiranti namanya. Sebuah rencana terlintas di benak Bahurekso, akhirnya ia membawa Endang ke Mataran untuk diperkenalkan sebagai Dewi Rantan Sari palsu. Setelah bertemu Sultan Agung, Endang pingsan dan mulai dicurigai. Endang mengakui bahwa ia bukan Dewi Rantan Sari. Setelah mengetahui hal yang dilakukan Bahurekso, Sultan Agung memberikan hukuman kepadanya dengan membuka hutan lebat dihuni oleh penghuni Alas Roban. Pohon-pohon tersebut merupakan jelmaan siluman, akibat penebangan hutan besar-besaran tersebut banyak bangkai siluman atau istilah Jawanya batang.
Sejarah nama Kabupaten Batang tidak akan jauh dari kisah mitos masyarakat setempat. Entah hal tersebut memang benar terjadi atau tidak, namun seyogianya tradisi lisan atau kisah mitos daerah diajarkan kepada generasi muda agar pemahaman mereka terhadap daerah tempat tinggalnya bisa tetap lestari. Namun, di balik kisah tersebut, buktinya ada beberapa prasasti atau candi di temukan di Kabupaten Batang. Sudah sepatutnya sebagai warga Kabupaten Batang bangga akan kekayaan budaya yang dimiliki.
Penulis : Mafriha Azida
Editor : Muhammad Reza Faza
Sumber :
- www.batangkab.go.id Tautan : https://www.batangkab.go.id/?p=2&id=1
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Batang
- https://www.mbatang.com/2012/10/asal-usul-nama-kota-batang.html
- https://portaljogja.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-252105385/jejak-peninggalan-sejarah-wangsa-syailendra-di-batang-jawa-tengah
- https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Kabupaten-Batang_13043_unusa_p2k-unkris.html
0 Comments:
Posting Komentar