Perkembangan era digital tidak membuat santri mengalami ketertinggalan. Hal tersebut justru bisa dijadikan media santri dalam berdakwah, yakni melalui media sosial. “Di era digital ini para santri dapat berdakwah melalui media sosial,” tutur Gus Zaim, selaku Pengajar di Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah Plumbon.
Dengan adanya transformasi media kontemporer, santri juga harus mampu menerapkan etika dalam menggunakan media sosial, yakni membedakan private and public space. Adapun yang menjadi tantangan dewasa ini ialah bagaimana santri membedakan antara ruang privat dan publik.
“Santri harus mampu membedakan ruang privatnya. Karena sebenarnya media sosial bisa dijadikan media untuk menyebarkan informasi yang menarik dan berpengaruh luas,” tambahnya.
Dalam menghadapi era digital, santri juga harus mampu membuka diri akan hal-hal baru, seperti isu-isu lingkungan, ekonomi global dan lain sebagainya. Selain itu, santri diharapkan bisa tanggap merespon isu aktual. Lebih lanjut, santri tidak hanya belajar teks-teks klasik namun mampu bertransformasi dengan hal baru.
“Peran santri dari dulu memang cukup penting, pasalnya santri turut andil dalam kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana kita mampu meneruskan perjuangan para pahlawan? Ya, dengan menulis. Contohnya dengan menulis kritik pemerintahan lalu bisa dikirimkan ke media utama. Al-muhafadzah alal-qadim al-shalih wal-akhdzu bil-jadid al-ashlah, jadikan kalimat tersebut sebagai prinsip untuk terus berproses” pungkas Gus Zaim.
Reporter: Mafriha Azida
0 Comments:
Posting Komentar